Mengenai Saya

Foto saya
menyesuaikan energi dengan alam

Senin, 05 Desember 2011

makalah emile durkheim

MAKALAH TEORI SOSIOLOGI KLASIK
Fakta Sosial dan Analisis Sosiologis
Dosen Pengampu : Nur Hidayah, M. Si .
Disusun oleh :
Anggun Dwi Jayanti (10413244038)
Tri Kusnandari          (10413244034)
Krissanto Kurniawan (10413244036)
Ilyas Fahrudin          (10413244037)

Pendidikan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Tahun ajaran 2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, inayah serta nikmat-Nya yang tak terhingga kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “kemiskinan” ini dengan lancar.
            Kami berharap dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat memahami tentang kemiskinan.
            Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan masukan, saran, ataupun kritik dari para pembaca sekalian demi penyusunan kembali makalah ini sehingga menjadi lebih baik.




                                                                                               
Yogyakarta, 20 September 2011

                                                                                                            Penyusun





BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Ada dua tema penting dalam karya Emile Durkheim.Pertama, keutamaan sosial daripada individu.Kedua, ide bahwa masyarakat bisa dipelajari secara ilmiah.Kita hidup di tengah masyarakat yang cenderung melihat segala sesuatu diseabkan oleh individu, bahkan persoalan sosial sekalipun seperti rasisme, polusi, dan resesi ekonomi. Durkheim mendekati masalah ini dari perspektif yang berlawanan , ia lebih menekankan dimensi sosial dari seluruh fenomena manusia. Durkheim melihat bahwa kekuatan-kekuatan sosial dapat bekerja dan mempunyai pengaruh terhadap individu yang bersifat membebaskan, karena kekuatan-kekuatan ini lalu dapat diperhitungkan dan mungkin disesuaikan melalui tindakan manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai fakta sosial dan analisis sosiologis yang merupakan pemikiran sosiologis Emile Durkheim.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi singkat karir intelektual Emile Durkheim?
2. Apa yang dimaksud fakta sosial, tipe-tipedan karakteristiknya?
3.Bagaimana strategi untuk menjelaskan fakta sosial?
4. Bagaimana fakta sosial dan implikasinya dalam analisis sosiologis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi singkat karir intelektual Emile Durkheim.
2. Untuk mengetahui pengertian, tipe-tipe dan karakteristik fakta sosial.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi untuk menjelaskan fakta sosial.
4. Untuk mengetahui bagaimana fakta sosial dan implikasinya terhadap analisis sosiologis.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Karir Intelektual Emile Durkheim
            Emile Durkheim lahir tahun 1858 di Epinal, suatu perkampungan kecil orang Yahudi di Bagian timur Prancis yang agak terpencil dari masyarakat luas.Masalah-masalah dasar tentang moralitas dan usaha meningkatkan moralitas masyarakat merupakan perhatian pokok selama hidupnya. Pada usia 21 tahun, Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure. Dua kali sebelumnya dia gagal dalam ujian masuk yang sangat kompetitif, walaupun sebelumnya dia sangat cemerlang dalam studinya.Di masa mudanya, Durkheim menginginkan satu dasar yang lebih teliti dalam ilmu yang dia rasa dapat membantu memberikan satu landasan bagi rekonstruksi moral masyarakat.Sesudah menamatkan pendidikannya, Durkheim mulai mengajar. Selama lima tahun ia mengajar dalam satu sekolah menengah atas (lycees) di daerah Paris.
            Sejak awal karir mengajarnya, Durkheim bertekad untuk menekankan pengajaran praktis ilmiah serta moral daripada pendekatan filsafat tradisional yang menurut dia tidak relevan dengan masalah sosial dan moral yang gawat yang sedang melanda Republik ketiga itu.
1. Melembagakan Sosiologi sebagai Satu Disiplin Akademis
            Pada tahun 1887, ketika Durkheim berusia 29 tahun, pemberian kuliahnya dan beberapa artikel yang ditulisnya membuat dia menjadi seorang ahli ilmu sosial muda yang terpandang.Untuk itu, dia dihargai dengan pengangkatannya di fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di Universitas Bordeaux.Tahun 1896 Durkheim diangkat menjadi professor penuh dalam ilmu sosial.Kemudian tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne, dan dia dipromosikan sebagai professor penuh dalam ilmu pendidikan pada tahun 1906.Pada tahun 1913 kedudukan Durkheim diubah ke ilmu pendidikan dan sosiologi.Akhirnya, secara resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat terhormat di Prancis. Tahun 1917, pada usia 59 tahun Durkheim meninggal, sesudah menerima penghormatan dari orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna, serta setelah ia mendirikan dasar sosiologi ilmiah.
2. Pengaruh Sosial dan Intelektual terhadap Durkheim
Perhatian Durkheim sepanjang hidupnya terhadap solidaritas dan integrasi sosial muncul antara lain karena keadaan keteraturan sosial yang goyah di masa Republik Ketiga selagi dia masih muda. Durkheim lebih tertarik untuk berusaha memahami dasar-dasar munculnya keteraturan sosial yang baru.Dia melihat kesulitan-kesulitan selama periode peralihan dimana dia hidup, tetapi dia juga optimistis bahwa pengetahuan ilmiah tentang hukum masyarakat dapat menyumbang terkonsolidasinya dasar moral keteraturan sosial yang sedang muncul itu.
Perhatian Durkheim terhadap moralitas umum terjadi bersamaan dengan masa peralihan dalam sistem pendidikan di Prancis.Durkheim memandang pengajaran moralitas umum bagi warga di masa mendatang dalam tahun-tahun pembentukannya merupakan hal yang sangat penting untuk memperkuat dasar-dasar masyarakat dan meningkatkan integrasi serta solidaritas sosialnya.

3. Pertentangan dengan Individualisme Spencer
Seperti Comte dan Durkheim, Spencer tertarik pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat-masyarakat modern.Namun pandangan Spencer mengenai masyarakat yang bersifat organis berbeda dengan pandangan dari Comte dan Durkheim. Bagi Spencer, kunci untuk memahami gejala sosial atau gejala alamiah lainnya adalah hukum evolusi yang universal.
Perbedaan yang penting antara Spencer dengan Comte dan Durkheim adalah pandangan Spencer mengenai kenyataan sosial yang bersifat individualistis.Namun Spencer berusaha mendamaikan kedua pandangan ini dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan pokok antara “organisme” biologis dan sosial.Tidak seperti satu organisme biologis, suatu masyarakat tidak mempunyai kulit penutup dan tidak mempunyai sumber inteligensi yang senttral atau sumber kontrol yang analogis dengan otak.Sebaliknya, pelbagai “bagian” dari masyarakat tersebar, dan masing-masing bagian itu memiliki inteligensi dan kontrol dirinya sendiri.Masyarakat tidak terlepas dari individu-individu yang merupakan “bagian-bagian”nya.Masyarakat ada sebagai hasil dari persetujuan kontraktual dimana individu saling berembuk untuk mengejar kepentingan pribadinya.
Gambaran Spencer mengenai masyarakat yang ideal atau yang paling maju adalah masyarakat dimana individu memiliki kebebasan sebesar-besarnya untuk mengejar kepentingannya dan meningkatkan kebahagiaan tanpa diarahkan atau dikontrol oleh otoritas pusat manapun.
Pandangan Spencer mengenai peranan yang tepat dari pemerintah berbeda dengan pandangan Comte dan Durkheim. Gagasan Comte mengenai masyarakat positivis yang ideal di masa depan adalah masyarakat dimana pemimpin-pemimpin yang senantiasa mendapat penerangan sosiologis akan memberikan kontrol yang kuat dalam mengatur pelbagai segi kehidupan sosial untuk memastikan bahwa hukum-hukum dasar yang mengendalikan keteraturan sosial dan kemajuan itu dipertahankan. Pandangan Durkheim kurang muluk, tetapi dia jugga melihat pemerintah sebagai pelindung dasar-dasar moral masyarakat.
Gambaran Spencer yang bersifat individualistik tentang kenyataan sosial sangat berbeda dengan tekanan Durkheim bahwa fakta sosial mengatasi individu.Spencer mengasumsikan bahwa masy
arakat merupakan hasil dari persetujuan kontraktual antara individu-individu yang bersepakat untuk mengejar kepentingan individunya.

B. Pengertian, Tipe, dan Karakteristik Fakta Sosial
a. Pengertian Fakta Sosial
Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat dan memberinya kejelasan serta identitas tersediri, Durkheim (1895/1982/ menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi haruslah berupa studi atau fakta sosial. Secara singkat, fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor.
Durkheim (1895/1982: 13), menyatakan bahwa “fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.”
Kutipan ini menjelaskan bahwa Durkheim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi bisa dibedakan dari psikologi.Pertama, fakta sosial adalah pengalaman sebagai sebuah paksaan eksternal dan bukannya dorongan internal.Kedua, fakta sosial umum meliputi seluruh masyarakat dan tidak terikat pada individu partikular apapun.
Durkheim berpendapat bahwa fakta sosial tidak bisa direduksi kepada individu, namun
mesti dipelajari sebagai realitas mereka. Durkheim menyebut fakta sosial dengan istilah Latin sui generis, yang berarti “unik”
Durkheim sendiri memberikan beberapa contoh tentang fakta sosial, termasuk aturan legal, beban moral, dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukkan bahasa sebagai fakta sosial dan menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami, karena bahasa adalah sesuatu yang mesti dipelajari secara empiris, bahasa adalah sesuatu yang berada di luar individu, bahasa memaksa individu, dan perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain tidak bisa hanya dengan keinginan individu saja.

b. Tipe-tipe Fakta Sosial
Fakta Sosial Material dan Nonmaterial
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta sosial, yaitu material dan nonmaterial. Fakta sosial material, seperti gaya arsitektur, bentuk teknologi, dan hukum dan perundang-undangan, relatif mudah dipahami karena keduanya bisa diamati secara langsung. Fakta sosialmaterial seringkali mengekspresikan kekuatan moral yang lebih besar dan kuat yang sama-sama berada di luar individu dan memaksa mereka.Kekuatan moral inilah yang disebut dengan fakta sosial nonmaterial.
Studi Durkheim yang paling penting, dan inti dari sosiologinya, terletak dalam studi fakta sosial nonmaterial ini. Durkheim mengungkapkan: “Tidak semua kesadaran sosial mencapai .... eksternalisasi dan materialisasi” (1897/1951:315). Apa yang saat ini disebut norma dan nilai, atau budaya oleh sosiolog secara umum (Alexander,1988c) adalah contoh yang tepat untuk fakta sosial nonmaterial.
Jenis-jenis Fakta Sosial Nonmaterial

1. Moralitas
Perspektif Durkheim tentang moralitas terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia berada di luar individu, ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai fenomena empiris.Kedua, Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena studinya didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral masyarakat modern.

2. Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum.Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular, kendati hanya bisa disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular”.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini.Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx.Ketiga, kesadaran kolektif baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adlah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama , lebih dari masyarakat modern.

3. Representasi Kolektif
Contoh representasi kolektif adalah simbol agama, mitos, dan legenda populer. Semuanya mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai kolektif, dan mendorong kita untuk menyesuaikan diri dengan klaim kolektif.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti ritual.

4. Arus Sosial
Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “dengan luapan semangat, amarah, dan rasa kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.

5. Pikiran Kelompok
Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya adalah kumpulan pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara mekanis saling bersinggungan dan tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran individual terus-menerus berinteraksi melalui pertukaran simbol: mereka megelompokkan diri berdasarkan hubungan alami mereka, mereka menyusun dan mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini terbentuklah suatu hal baru yang murni bersifat psikologis, hal yang tak ada bandingannya di dunia biasa.
Fakta Sosial lawan Fakta Individu
Durkheim bertahan pada pendiriannya bahwa fakta sosial itu tidak dapat di reduksikan ke fakta individu, melainkan memiliki eksistensi yang independen pada tingkat sosial.Durkheim dalam melihat gejala sosial, baik dalam satu kelompok kecil atau dalam masyarakat keseluruhannya, akan mempertahankan bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Meskipun karakteristik kelompok mungkin lebih daripada jumlah individu yang meliputi kelompok tersebut, kelompok tidak dapat ad secara terpisah dari anggota-anggota individualnya.
c. Karakteristik Fakta Sosial
Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik yang berbeda, yaitu :


1. Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu.
Hampir setiap orang telah mengalami hidup dalam satu situasi sosial baru, mungkin sebagai anggota baru dari satu organisasi, dan merasakan dengan jelas bahwa ada kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang sedan di amati yang tidak ditangkap atau dimengertinya secara penuh. Dalam situasi serupa itu, kebiasaan dan norma ini jelas dilihat sebagai sesuatu yang eksternal.
2. Fakta itu memaksa individu.
Jelas bagi Durkheim bahwa individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai ftipe fakta sosia dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang ia katakana bahwa tipe-tipe perilaku atau berfikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya mereka memaksa individu terlepas dari kemauannya sendiri.
3. Fakta itu bersifat umum.
            Fakta tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain fakta sosial itu merupakan milik bersama, bukan sifat individu perorangan. Fakta sosial ini benar-benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat kolektifnya ini.

C. Strategi Untuk Menjelaskan Fakta Sosial
            Salah satu prinsip metodologi dasar yang ditekankan Durkhem adalah bahwa fakta sosial harus dijelaskan dalm hubungannya dengan fakta sosial lainnya.Kemungkinan lain yang paling besar untuk menelaskan fakta sosial adalah menghubungkannya dengan gejala individu seperti yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi klasik dan oleh Spencer. Prinsip dasar yang kedua adalah bahwa asal usul suatu gejala sosial dan fungsi-fungsinya merupakan dua masalah yang terpisah.
           


Sesudah menentukan bahwa penjelasan tentang fakta sosial itu harus dicari di dalam fakta sosial lainnya, Durkheim memberikan strategi tentang perbandingan terkendali sebagai metode yang paling cocok untuk mengembangkan penjelasan kausal dalam sosiologi.Metode perbandingan Durkhem lebih ketat dan terbatas.Pada intinya, metode perbandingan terkaendali itu meliputi klasifikasi silang dari fakta sosial tertentu untuk menentukan sejauh mana mereka berhubungan.Kalau korelasi antara dua himpunan fakta sosial dapat ditunjukkan sebagai valid dalam berbagai macam keadaan, hal ini member satu petunjuk penting bahwa dua tipe fakta itu mungkin berhubungan secara kausal.Artinya, variasi dalam nilai dari satu tipe variable mungkin merupakan sebab dari variasi dalam nilai variable kedua.

D. Fakta Sosial dan Implikasinya Terhadap Analisis Sosiologis
Fakta sosial bersifat eksternal, umum(general), dan memaksa (coercion).Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia.Tindakan individu merupakan hasil proses pendefinisian realitas sosial, serta bagaimana orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari adalah bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya sendiri.Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi.Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan.Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam:
Ø  . Dalam bentuk material : yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata, contohnya arsitektur dan norma hukum.
Ø  . Dalam bentuk non-material : yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contoh egoisme, altruisme, dan opini.
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interview maupun kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang semakin berkembang.Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.


















BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
a. Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
b. Fakta Sosial menurut Durkheim dapat dibedakan menadi dua tipe yaitu fakta sosial material dan non material.
c. Karakteristik fakta sosial yaitu :
1.  Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu.
2. Fakta itu memaksa individu.
3. Fakta itu bersifat umum.
d.Manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya sendiri. Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi.Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda dengan ide.Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan.Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.





DAFTAR PUSTAKA

Doyle P Johnson.1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Jil 1. Jakarta: Gramedia
George Ritzer dan Douglas J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana
http://de-kill.blogspot.com/2009/05/sosiologi-perspektif-faktasosial.html,diakses tanggal:17/09/2011,pkl.11.25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar